tag:blogger.com,1999:blog-27207126660125122342024-02-20T08:02:31.829-08:00macam macam jenis cairan infusmaster komputerhttp://www.blogger.com/profile/13902546723058886376noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-2720712666012512234.post-34213660498952746312012-06-20T00:37:00.001-07:002012-06-20T00:37:45.087-07:00macam-macam jenis cairan infus<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
dokteryudahbedah.com <br />
<br />
<br />
<br />
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah<em>
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh.</em><br />
Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan <strong>pemberian cairan infus</strong> adalah:<br />
<ol>
<li>Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)</li>
<li>Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)</li>
<li>Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)</li>
<li>“Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)</li>
<li>Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)</li>
<li>Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)</li>
<li>Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)</li>
</ol>
<strong>Indikasi pemberian obat </strong>melalui jalur intravena antara lain:<br />
<ol>
<li>Pada
seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena
langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus
infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan
keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering
terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan
pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa
melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut)
pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama
efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari
segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.</li>
<li>Obat
tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam
sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan
aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar,
sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus
hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam
pembuluh darah langsung.</li>
<li>Pasien tidak dapat minum obat karena
muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran
cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian
melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah),
subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).</li>
<li>Kesadaran
menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.</li>
<li>Kadar
puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).
Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada
orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada
penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk
pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa
banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu
mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.</li>
</ol>
<strong>Indikasi Pemasangan Infus</strong> melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation)<br />
<ol>
<li>Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).</li>
<li>Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.</li>
<li>Pemberian kantong darah dan produk darah.</li>
<li>Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).</li>
<li>Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena
untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)</li>
<li>Upaya
profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.</li>
</ol>
<strong>Kontraindikasi dan Peringatan</strong> pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena<br />
<ol>
<li>Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.</li>
<li>Daerah
lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).</li>
<li>Obat-obatan yang berpotensi iritan
terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya
pembuluh vena di tungkai dan kaki).</li>
</ol>
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam <strong>pemasangan infus:</strong><br />
<ol>
<li>Hematoma,
yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh
darah.</li>
<li>Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan
sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus
melewati pembuluh darah.</li>
<li>Tromboflebitis, atau bengkak
(inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak
dipantau secara ketat dan benar.</li>
<li>Emboli udara, yakni masuknya
udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada
dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.</li>
</ol>
Komplikasi yang dapat terjadi dalam <strong>pemberian cairan melalui infus:</strong><br />
• Rasa perih/sakit<br />
• Reaksi alergi<br />
<strong>Jenis Cairan Infus:</strong><br />
<strong> </strong><br />
<ol>
<li><strong><span style="text-decoration: underline;">Cairan hipotonik:</span></strong></li>
</ol>
osmolaritasnya
lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas
rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.<br />
<ol>
<li><strong><span style="text-decoration: underline;">Cairan Isotonik: </span></strong></li>
</ol>
osmolaritas
(tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).<br />
<ol>
<li><strong><span style="text-decoration: underline;">Cairan hipertonik:</span></strong></li>
</ol>
osmolaritasnya
lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate,
Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.<br />
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:<br />
<ol>
<li><strong><span style="text-decoration: underline;">Kristaloid: </span></strong></li>
</ol>
bersifat
isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna
pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan
garam fisiologis.<br />
<ol>
<li><strong><span style="text-decoration: underline;">Koloid: </span></strong></li>
</ol>
ukuran
molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar
dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid.<br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>JENIS-JENIS CAIRAN INFUS</strong><br />
<strong>ASERING</strong><br />
<span style="text-decoration: underline;">Indikasi:</span><br />
Dehidrasi
(syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi
berat, trauma.<br />
Komposisi:<br />
Setiap liter asering mengandung:<br />
<ul>
<li>Na 130 mEq</li>
<li>K 4 mEq</li>
<li>Cl 109 mEq</li>
<li>Ca 3 mEq</li>
<li>Asetat (garam) 28 mEq</li>
</ul>
Keunggulan:<br />
<ul>
<li><ol>
<li>Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati</li>
<li>Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus</li>
<li>Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran</li>
<li>Mempunyai efek vasodilator</li>
<li>Pada
kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml
RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil
risiko memperburuk edema serebral</li>
</ol>
</li>
</ul>
<strong>KA-EN 1B</strong><br />
<strong> </strong><br />
Indikasi:<strong> </strong><br />
<ol>
<li>Sebagai
larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada
kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)</li>
<li>< 24 jam pasca operasi</li>
<li>Dosis
lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak</li>
<li>Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam</li>
</ol>
<strong>KA-EN 3A & KA-EN 3B</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Larutan
rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas</li>
<li>Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)</li>
<li>Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A</li>
<li>Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B</li>
</ol>
<strong>KA-EN MG3</strong><br />
Indikasi :<br />
<ol>
<li>Larutan
rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas</li>
<li>Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)</li>
<li>Mensuplai kalium 20 mEq/L</li>
<li>Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L</li>
</ol>
<strong>KA-EN 4A</strong><br />
Indikasi :<br />
<ol>
<li>Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak</li>
<li>Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal</li>
<li>Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik</li>
</ol>
Komposisi (per 1000 ml):<br />
<ul>
<li>Na 30 mEq/L</li>
<li>K 0 mEq/L</li>
<li>Cl 20 mEq/L</li>
<li>Laktat 10 mEq/L</li>
<li>Glukosa 40 gr/L</li>
</ul>
<strong>KA-EN 4B</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun</li>
<li>Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia</li>
<li>Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik</li>
</ol>
Komposisi:<br />
<ol>
<li><ul>
<li>Na 30 mEq/L</li>
<li>K 8 mEq/L</li>
<li>Cl 28 mEq/L</li>
<li>Laktat 10 mEq/L</li>
<li>Glukosa 37,5 gr/L</li>
</ul>
</li>
</ol>
<strong>Otsu-NS</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Untuk resusitasi</li>
<li>Kehilangan Na > Cl, misal diare</li>
<li>Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)</li>
</ol>
<strong>Otsu-RL</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Resusitasi</li>
<li>Suplai ion bikarbonat</li>
<li>Asidosis metabolik</li>
</ol>
<strong>MARTOS-10</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik</li>
<li>Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein</li>
<li>Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam</li>
<li>Mengandung 400 kcal/L</li>
</ol>
<strong>AMIPAREN</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Stres metabolik berat</li>
<li>Luka bakar</li>
<li>Infeksi berat</li>
<li>Kwasiokor</li>
<li>Pasca operasi</li>
<li>Total Parenteral Nutrition</li>
<li>Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit</li>
</ol>
<strong>AMINOVEL-600</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI</li>
<li>Penderita GI yang dipuasakan</li>
<li>Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)</li>
<li>Stres metabolik sedang</li>
<li>Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)</li>
</ol>
<strong></strong><br />
<strong>PAN-AMIN G</strong><br />
Indikasi:<br />
<ol>
<li>Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan</li>
<li>Nitrisi dini pasca operasi</li>
<li>Tifoid</li>
</ol>
</div>master komputerhttp://www.blogger.com/profile/13902546723058886376noreply@blogger.com0